Rabu, 29 September 2010

Garebeg Yogyakarta sebagai Sarana Komunikasi Budaya

Suatu upacara kerajaan yang telah diselenggarakan selama berabad-abad dan hingga masa kini masih dilestarikan oleh Keraton Kesultanan Yogyakarta adalah Garebeg. Garebeg mengandung makna mengiring raja, pembesar, atau pengantin. Tujuan dari upacara adat ini adalah agar Tuhan memberikan perlindungan, keselamatan kepada raja, kerajaan serta rakyatnya.
Upacara garebeg diadakan tiga kali dalam setahun, pada tanggal-tanggal yang berkaitan dengan hari besar agama Islam, yaitu garebeg Syawal, garebeg Maulud, dan garebeg Besar. Garebeg Syawal dilaksanakan sebagai bentuk ungkapan syukur dari keraton setelah melampaui bulan puasa, dan sekaligus untuk menyambut datangnya bulan Syawal. Garebeg Maulud diadakan untuk merayakan dan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sedangkan garebeg Besar diselenggarakan untuk merayakan Idul Adha yang terjadi dalam bulan Zulhijah, yang dalam kalender Jawa sering disebut sebagai bulan besar.
Terdapat unsur komunikasi sebagai bentuk pertukaran informasi antar manusia dalam penyelenggaraan upacara garebeg ini. Dengan adanya upacara garebeg, masyarakat kota Yogyakarta dapat merasakan hubungan antara rakyat dengan petinggi keraton. Selain itu mencerminkan pula hubungan religius dengan Tuhan. Upacara garebeg mengharapkan agar Tuhan senantiasa memberikan perlindungan bagi rakyat dan kota Yogyakarta juga keselamatan pada raja. Hal tersebut merupakan wujud komunikasi yang mencerminkan konsistensi sikap religius. Selain konsistensi sikap religius terdapat pula wujud komunikasi sebagai pencerminan dari sikap kultural sehingga kesadaran masyarakat akan kebudayaannya tercipta dan membentuk identitas kebudayaan yang mencerminkan integritas.
Dari uraian tersebut di atas maka konsep komunikasi dalam pengertian paradigmatis atau sebagai suatu kegiatan yang khas, bukan hanya sekedar sebagai konsekuensi dari hubungan sosial tetapi ada suatu tujuan di dalamnya. Berbeda dengan komunikasi dalam pengertian etimologis dan terminologis, komunikasi dalam pengertian paradigmatis bersifat intensional, di mana efek atau dampak yang timbul pada sasaran komunikasi merupakan akibat dari tujuan komunikasi yang dilancarkan dalam prosesnya melibatkan semua komponen.
Dari konsep paradigmatis komunikasi tersebut maka upacara garebeg yang memiliki cerminan komunikasi religius dan budaya mempunyai suatu tujuan yaitu ingin mengungkapkan perpaduan sikap religius dan sikap budaya dengan kesadaran terhadap identitas masyarakat Yogyakarta. Hal inilah yang merupakan wujud dari konsep paradigmatis komunikasi di mana dalam konsep ini penting ditekankan tujuan dari diselenggarakannya suatu komunikasi.
Unsur komunikasi yang terkandung dalam upacara garebeg ini memiliki beberapa dampak dari segi sejarah, segi pembinaan generasi muda, dan dari segi kepariwisataan. Seperti kutipan dari B. Soelarto bahwa:
- Dari segi sejarah, garebeg erat sekali kaitannya dengan sejarah perkembangan, kehidupan beragama di tanah air juga erat kaitannya dengan sejarah kerajaan-kerajaan Jawa Islam.
- Dari segi pembinaan generasi muda untuk lebih akrab mengenali, menghayati berbagai bentuk ungkapan budaya nusantara yang beraneka ragam coraknya itu, pengenalan lebih dekat terhadap garebeg sebagai salah satu bentuk budaya daerah yang kelestarian hidupnya didukung oleh jutaan anggota masyarakat dari seluruh lapisan, kiranya adalah sangat perlu.
- Dari segi kepariwisataan, akan membantu dalam memberikan gambaran menyeluruh yang mendekati keutuhan mengenai garebeg di Kesultanan Yogyakarta, yang setiap tahun diselenggarakan tiga kali ini dengan daya tarik istimewa tanpa pernah membosankan. Apalagi jika diingat bahwa Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata ketiga di Indonesia sesudah Bali dan Jakarta.
Dari pendekatan yang diungkapkan oleh Soelarto tersebut maka jelas terlihat adanya unsur komunikasi dalam garebeg walaupun terlihat secara tidak langsung. Dari berbagai segi entah itu dari segi sejarah, pembinaan, ataupun pariwisata terkandung komunikasi sebagai sarana dalam menciptakan informasi. Dengan adanya komunikasi maka informasi garebeg dapat tersampaikan dan meluas hingga seluruh Indonesia. Apalagi dalam garebeg terkandung makna religiusitas dan budaya yang begitu kental yang dapat dijadikan daya tarik tersendiri dan kekhasan masyarakat Yogyakarta.
Aspek komunikasi informatif juga menjadi bagian dalam upacara garebeg di mana komunikasi informatif merupakan komunikasi sebagai wujud penyampaian informasi atau pemberitahuan oleh seseorang kepada orang lain atau kepada masyarakat. Dalam upacara garebeg ini aspek komunikasi informatif sangat terasa di waktu upacara garebeg dilaksanakan saat Syawal, Maulud, ataupun Idul Adha. Masyarakat Yogyakarta seperti diberikan informasi bahwa kota Yogyakarta akan mengadakan suatu perhelatan besar serta membutuhkan keterlibatan seluruh lapisan masyarakat Yogyakarta.
Sebagai kesimpulan, budaya kearifan lokal tidak dapat dipisahkan dari unsur komunikasi. Bagaimanapun dalam kehidupan masyarakat komunikasi tercipta sebagai sarana berinteraksi dan menciptakan budaya yang ideal.


Referensi:
Effendi, Onong Uchjana. 1992. Spektrum Komunikasi. Bandung: Mandar Maju
Soelarto. B. 1993. Garebeg di Kesultanan Yogyakarta. Yogyakarta: Kanisius
Christy, Des. 10 Juni 2010. http://www.jogjatrip.com/id/144/upacara-adat-garebeg-keraton-yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar